Senin, 02 Februari 2009

KEKRISTENAN DAN TRADISI


Sebagai orang Kristen kadang-kadang kita bersinggungan dengan tradisi non Kristen. Ada orang yang bertanya, “Bolehkah saya sebagai orang Kristen merayakan Imlek? Atau bersembahyang di depan kuburan orang tua saya yang telah meninggal?” Sebetulnya dalam tradisi ada 3 sikap :

Pertama, Sikap kita adalah menolak tradisi. Sebetulnya dalam hal tradisi ada 3 sikap yang harus kita miliki :

(1) Kita menerima tradisi itu karena tidak bertentangan dengan Firman Tuhan dan memang mengandung unsur yang baik. Misalnya ada kebiasaan diantara orang Sunda, kalau ada seorang yang lebih muda lewat di depan orang yang lebih tua, maka ia membungkukkan badan sedikit, lalu telunjuknya diarahkan ke depan dan berkata “punteun / permisi”, itu adalah hal yang bagus.

(2) Ada tradisi yang harus ditolak, karena bertentangan dengan Firman Tuhan. Misalnya : percaya pada takhayul, kalau naik mobil lewat jembatan harus pencet klakson terlebih dulu, tujuannya meminta ijin dengan roh yang menjaga jembatan tersebut, jika tidak saudara bisa diganggu oleh roh jahat. Tentu saja ini adalah tradisi yang tidak cocok dengan Firman Tuhan dan itu harus kita tolak.

(3) Ada tradisi yang harus diubah dan diberi warna baru sesuai dengan Firman Tuhan. Misalnya tgl. 25 Desember sudah lama dirayakan oleh orang-orang Romawi sebagai hari kelahiran Dewa Matahari. Tgl. 25 Desember masih bisa dipakai sebagai hari kelahiran Yesus Kristus Sang Matahari Kebenaran. Pencipta dari matahari bahkan alam semesta ini. Jadi sekarang kita merayakan Natal, tidak lagi merayakan kelahiran Dewa Matahari. Kita merayakan Natal dengan warna baru. Merayakan Yesus yang dilahirkan untuk menjadi Juruselamat umat manusia. Karena itu kalau ada tradisi yang membingungkan saudara, apakah tradisi ini boleh atau tidak, coba pertimbangkan. Kalau tradisi itu cocok dengan Firman, terima saja. Tapi kalau tidak cocok dengan Firman, tolak. Jika perlu kita ubah tradisi dengan memberikan warna baru sesuai dengan Firman Tuhan.

Namun jika tradisi benar-benar menyimpang dari Firman, maka kita harus berani berkata seperti para Rasul, kita harus lebih taat kepada Allah daripada taat kepada manusia. Janganlah kita mengorbankan Firman Allah demi tradisi manusia. Tapi mari kita hidup teguh berpegang pada kebenaran. Tuhan Yesus memberkati..!!


Untuk kembali ke Website GBI Tasikmalaya silahkah ketik :
gbitsmonline.cjb.net atau tekan BACK di kiri atas..!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar